Senin, 22 Oktober 2012

Tarbiyah Quotes of The Day #1

"Berhimpunnya kita tanpa bergerak, akan seperti barang bagus yang terkumpul di gudang; kemanfaatannya kurang.." (Hilmi Aminuddin)
Terkadang seseorang sudah merasa cukup bangga ketika bisa bergabung dengan sebuah organisasi atau kelompok tanpa didukung dengan kontribusinya. Ada tidak adanya dia tidak memberi pengaruh kepada organisasi tersebut. Kehadirannya tak dinanti, kepergiannya pun tak dicari. Dia lupa bahwasannya posisi kita di surga kelak tidak ditentukan oleh posisi atau jenjang kita dalam sebuah struktur organisasi. Melaikan ditentukan oleh amalan kita. Justru ketika kita sudah bergabung dengan sebuah organisasi, maka kita dituntut untuk bisa beramal lebih daripada orang-orang biasa.

Rabu, 10 Oktober 2012

Ulama itu...


Oleh Ustadz Herry Nurdi  (Tribute to Ustadz Abu Bakar Ba'syir)

Ulama itu spt lautan, luas lagi dalam. Dan dia mengirimkan murid-muridnya, spt gelombang, berterusan tak terputuskan, menuju pantai dakwah

Ulama itu memberikan hidupnya bagi kebaikan umat yg dibimbingnya, dan mempertaruhkan lehernya bagi kezaliman yg dilawannya, semoga

Ulama itu, bersungguh dlm ibadah, tinggi manfaatnya, luas mendalam ilmunya, dan sangat berani pada penyembah selain Allah Ta'ala

Ulama itu dikasihi umatnya, disayangi kaum berilmu, didamba para mujahidin dan digeruni oleh orang-orang yg ingkar dan zalim

Ulama itu, lembut perangainya pd kaum beriman & tegas sikapnya pd orang yg ingkar. Bkn sebaliknya, keras pd saudara tp mesra dgn yg ingkar

Ulama itu tidak saja tangkas saat mengajar di atas mimbar, tapi juga tidak lamban mengatasi persoalan yg sdg menjalar jangkit dlm kehidupan

Ulama: tegas dalam membela kebenaran, gigih dlm memegang kejujuran, dan unggul dalam sikap kasih sayang

Ulama itu zuhud, menganggap emas serupa dengan tanah, memikirkan ajal seolah hadiah yg didamba. Bkn pencinta mobil mewah, astaghfirullah!

Ulama itu mengambil giliran paling belakang ttg hak dan perolehan, tapi berdiri paling depan saat kewajiban dan perjuangan. Bukan sebaliknya

Ulama itu ilmunya menderas bagai hujan jika mengajar. Berterusan spt gelombang dlm pengkaderan. Dan lembut seperti angin sepoi dlm bimbingan

Ulama itu menjadi Allah sebagai hakim tunggalnya, alquran sebagai panduannya, perilaku Rasulullah sebagai kompasnya. Dan umat sbg ladangnya!

Ulama itu selalu memikirkan bagaimana menyemai tanah dan menabur benihnya. Tak pernah berpikir ttg apakah dia ikut menuai dan memanennya

Ulama itu tidak pandai berpura-pura di depan kuasa dan penguasa. Tidak pandai mengeluh ttg dunia. Tidak pandai kagum pada gemerlapnya!

Ulama itu tak mudah tergoda kuasa, tapi disegani penguasa. Lemah lembut pada umatnya, tp keras pd yg zalim dan menista agamanya

Ulama itu mengukur dirinya bukan dr banyaknya follower dan pengikut, tp dr manfaat yg diberikan dan kebaikan yg diwujudkan, lain tidak

Ulama itu akan mengajar dengan sikap dan semangat yg sama, baik di depan 3000 orang ataupun di depan 3 orang sahaja

Ulama itu perahu ilmunya meluncur menerjang gelombang kebodohan, dan bukan malah hilang arah di tengah perairan dangkal

Ulama itu hanya berdiam diri di depan kebenaran, dan agak bergerak ketika berada di depan keburukan dan keingkaran, menolak kemaksiatan

Ulama tak pernah risau di mana tinggalnya, di rumah/di penjara, yg membuatnya risau adalah, bgmn imannya? |gus @iimbaasyir, salam utk abah

Ulama itu mengagungkan sunnah seagung-agungnya, mengangkat pemikiran yg tunduk pada iman, menginjak syahwat buruk sampai ke dasar

Jika orang lain sibuk membangun istana dan mengisinya, ulama sibuk meningkatkan iman dan memperbaiki amal

Imannya paling teguh, lisannya paling fasih, amalnya paling tinggi, kesadarannya paling jernih, sikapnya paling lembut, itu ulama asli

Senin, 08 Oktober 2012

Polemik Pluralisme Agama Indonesia

Pluralism menurut definisi Wikipedia adalah a framework of interaction in which groups show sufficient respect and tolerance of each other, that they fruitfully coexist and interact without conflict or assimilation, yang kurang lebih artinya adalah sebuah kerangka berpikir yang melandasi interasksi setiap orang atau gololang dengan orang atau golongan lain dengan mengedepankan rasa hormat dan toleransi, tanpa disertai dengan konflik atau asimilasi (pembauran). Disaat makin meruncingnya friksi-friksi perbedaan di Masyarakat, toleransi atau pluralitas dianggap menjadi solusi untuk menangani perbedaan-perbedaan ini tanpa harus menghlilangkan ciri khas dari masing-masing entitas yang berbeda tersebut. Sayang kini  ketika konflik sosial yang mengatasnamakan perbedaan keyakinan terjadi, pluralisme justru mengalami pergesaran makna menjadi sebuah paham yang menyamakan semua agama. Jelas ini sudah salah secara makna, maupun salah secara tujuan. Pemikiran yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama bukanlah sebuah solusi untuk meredam konflik sekarang ini. Pemikiran yang menganggap bahwa semua agama adalah sama  hanya meredam masalah secara semu, namun menimbulkan masalah lain yang lebih besar yaitu keraguan seseorang terhadap agama yang dipeluknya. Yang Kristen akan ragu dengan agamanya, yang Islam akan ragu dengan agamanya , begitupula dengan umat Hindu, dan seterusnya. Tidak ada yang salah dengan perbedaan agama. Bukan agamalah penyebab konflik selama ini, namun ketidak pahaman seseorang terhadap agamanya lah yang sebenarnya menjadi sumbu pemicu konflik ini. Agama ada sebagai guidance, sebagai petunjuk dan jalan hidup bagi manusia untuk selamat baik selama di dunia dan akhirat kelak. Oleh karena itu dalam agama diatur juga tentang rambu-rambu dalam berinteraksi sosial bagi para pemeluknya. Dan setahu saya, tidak ada agama yang mengharuskan membunuh orang lain yang tidak seagama dengannya . Dalam agama yang saya anut, islam, jelas sekali diatur rambu-rambu itu. Bahkan sebelum aktivis HAM mendefinisikan hak memeluk agama sebagai sebuah hak asasi, islam sudah mendefinisikannya lebih awal dalam Al Qur'an. La ikraha fiddin, tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Lakum diinukum waliyadin, bagimu agamu bagiku agamaku. Untuk bisa disebut toleran tidak harus kita berpikiran bahwa semua agama adalah sama. Biarkanlah kita hidup dengan keyakinan kita masing dan beribadah sesuai keyakinan kita masing-masing. Kerukunan itu akan muncul jika kita saling menghargai perbedaan bukan dengan menyamakan semua perbedaan.