Senin, 22 Oktober 2012

Tarbiyah Quotes of The Day #1

"Berhimpunnya kita tanpa bergerak, akan seperti barang bagus yang terkumpul di gudang; kemanfaatannya kurang.." (Hilmi Aminuddin)
Terkadang seseorang sudah merasa cukup bangga ketika bisa bergabung dengan sebuah organisasi atau kelompok tanpa didukung dengan kontribusinya. Ada tidak adanya dia tidak memberi pengaruh kepada organisasi tersebut. Kehadirannya tak dinanti, kepergiannya pun tak dicari. Dia lupa bahwasannya posisi kita di surga kelak tidak ditentukan oleh posisi atau jenjang kita dalam sebuah struktur organisasi. Melaikan ditentukan oleh amalan kita. Justru ketika kita sudah bergabung dengan sebuah organisasi, maka kita dituntut untuk bisa beramal lebih daripada orang-orang biasa.

Rabu, 10 Oktober 2012

Ulama itu...


Oleh Ustadz Herry Nurdi  (Tribute to Ustadz Abu Bakar Ba'syir)

Ulama itu spt lautan, luas lagi dalam. Dan dia mengirimkan murid-muridnya, spt gelombang, berterusan tak terputuskan, menuju pantai dakwah

Ulama itu memberikan hidupnya bagi kebaikan umat yg dibimbingnya, dan mempertaruhkan lehernya bagi kezaliman yg dilawannya, semoga

Ulama itu, bersungguh dlm ibadah, tinggi manfaatnya, luas mendalam ilmunya, dan sangat berani pada penyembah selain Allah Ta'ala

Ulama itu dikasihi umatnya, disayangi kaum berilmu, didamba para mujahidin dan digeruni oleh orang-orang yg ingkar dan zalim

Ulama itu, lembut perangainya pd kaum beriman & tegas sikapnya pd orang yg ingkar. Bkn sebaliknya, keras pd saudara tp mesra dgn yg ingkar

Ulama itu tidak saja tangkas saat mengajar di atas mimbar, tapi juga tidak lamban mengatasi persoalan yg sdg menjalar jangkit dlm kehidupan

Ulama: tegas dalam membela kebenaran, gigih dlm memegang kejujuran, dan unggul dalam sikap kasih sayang

Ulama itu zuhud, menganggap emas serupa dengan tanah, memikirkan ajal seolah hadiah yg didamba. Bkn pencinta mobil mewah, astaghfirullah!

Ulama itu mengambil giliran paling belakang ttg hak dan perolehan, tapi berdiri paling depan saat kewajiban dan perjuangan. Bukan sebaliknya

Ulama itu ilmunya menderas bagai hujan jika mengajar. Berterusan spt gelombang dlm pengkaderan. Dan lembut seperti angin sepoi dlm bimbingan

Ulama itu menjadi Allah sebagai hakim tunggalnya, alquran sebagai panduannya, perilaku Rasulullah sebagai kompasnya. Dan umat sbg ladangnya!

Ulama itu selalu memikirkan bagaimana menyemai tanah dan menabur benihnya. Tak pernah berpikir ttg apakah dia ikut menuai dan memanennya

Ulama itu tidak pandai berpura-pura di depan kuasa dan penguasa. Tidak pandai mengeluh ttg dunia. Tidak pandai kagum pada gemerlapnya!

Ulama itu tak mudah tergoda kuasa, tapi disegani penguasa. Lemah lembut pada umatnya, tp keras pd yg zalim dan menista agamanya

Ulama itu mengukur dirinya bukan dr banyaknya follower dan pengikut, tp dr manfaat yg diberikan dan kebaikan yg diwujudkan, lain tidak

Ulama itu akan mengajar dengan sikap dan semangat yg sama, baik di depan 3000 orang ataupun di depan 3 orang sahaja

Ulama itu perahu ilmunya meluncur menerjang gelombang kebodohan, dan bukan malah hilang arah di tengah perairan dangkal

Ulama itu hanya berdiam diri di depan kebenaran, dan agak bergerak ketika berada di depan keburukan dan keingkaran, menolak kemaksiatan

Ulama tak pernah risau di mana tinggalnya, di rumah/di penjara, yg membuatnya risau adalah, bgmn imannya? |gus @iimbaasyir, salam utk abah

Ulama itu mengagungkan sunnah seagung-agungnya, mengangkat pemikiran yg tunduk pada iman, menginjak syahwat buruk sampai ke dasar

Jika orang lain sibuk membangun istana dan mengisinya, ulama sibuk meningkatkan iman dan memperbaiki amal

Imannya paling teguh, lisannya paling fasih, amalnya paling tinggi, kesadarannya paling jernih, sikapnya paling lembut, itu ulama asli

Senin, 08 Oktober 2012

Polemik Pluralisme Agama Indonesia

Pluralism menurut definisi Wikipedia adalah a framework of interaction in which groups show sufficient respect and tolerance of each other, that they fruitfully coexist and interact without conflict or assimilation, yang kurang lebih artinya adalah sebuah kerangka berpikir yang melandasi interasksi setiap orang atau gololang dengan orang atau golongan lain dengan mengedepankan rasa hormat dan toleransi, tanpa disertai dengan konflik atau asimilasi (pembauran). Disaat makin meruncingnya friksi-friksi perbedaan di Masyarakat, toleransi atau pluralitas dianggap menjadi solusi untuk menangani perbedaan-perbedaan ini tanpa harus menghlilangkan ciri khas dari masing-masing entitas yang berbeda tersebut. Sayang kini  ketika konflik sosial yang mengatasnamakan perbedaan keyakinan terjadi, pluralisme justru mengalami pergesaran makna menjadi sebuah paham yang menyamakan semua agama. Jelas ini sudah salah secara makna, maupun salah secara tujuan. Pemikiran yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama bukanlah sebuah solusi untuk meredam konflik sekarang ini. Pemikiran yang menganggap bahwa semua agama adalah sama  hanya meredam masalah secara semu, namun menimbulkan masalah lain yang lebih besar yaitu keraguan seseorang terhadap agama yang dipeluknya. Yang Kristen akan ragu dengan agamanya, yang Islam akan ragu dengan agamanya , begitupula dengan umat Hindu, dan seterusnya. Tidak ada yang salah dengan perbedaan agama. Bukan agamalah penyebab konflik selama ini, namun ketidak pahaman seseorang terhadap agamanya lah yang sebenarnya menjadi sumbu pemicu konflik ini. Agama ada sebagai guidance, sebagai petunjuk dan jalan hidup bagi manusia untuk selamat baik selama di dunia dan akhirat kelak. Oleh karena itu dalam agama diatur juga tentang rambu-rambu dalam berinteraksi sosial bagi para pemeluknya. Dan setahu saya, tidak ada agama yang mengharuskan membunuh orang lain yang tidak seagama dengannya . Dalam agama yang saya anut, islam, jelas sekali diatur rambu-rambu itu. Bahkan sebelum aktivis HAM mendefinisikan hak memeluk agama sebagai sebuah hak asasi, islam sudah mendefinisikannya lebih awal dalam Al Qur'an. La ikraha fiddin, tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Lakum diinukum waliyadin, bagimu agamu bagiku agamaku. Untuk bisa disebut toleran tidak harus kita berpikiran bahwa semua agama adalah sama. Biarkanlah kita hidup dengan keyakinan kita masing dan beribadah sesuai keyakinan kita masing-masing. Kerukunan itu akan muncul jika kita saling menghargai perbedaan bukan dengan menyamakan semua perbedaan.

Kamis, 06 September 2012

Tarbiyah Li I'dad Qadatil Mustaqbal



Dalam satu kesempatan perjumpaan dengan seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tarbiyah, beiau berbagi cerita sebagai berikut:

"Kami memahami bahwa kami dulu ditarbiyah untuk menjadi qadatul mustaqbal. Diantara bentuk yang kami dapatkan dari murabbi kami, kalau kami datang kepada beliau untuk menyampaikan suatu masalah, maka beliau bertanya kepada kami: "Apa yang sudah antum lakukan terkait dengan masalah ini?". "Kami sudah meng-analisa sebab-sebabnya" jawab kami. "Lalu ?" tanya sang murabbi. "Kami pun sudah diskusikan langkah-langkah solusinya" jawab kami. "Apa saja langkah-langkah itu ?" tanya sang murabbi. "a, b, c, d, e, … dst" jawab kami. "Coba buat aulawiyatnya (prioritasnya) " kata sang murabbi.

Begitu seterusnya sehingga kami sampai kepada keputusan. Bukan keputusan sang murabbi, tapi keputusan kami.
Dengan cara tarbiyah seperti ini, kami merasa dihargai dan dipercaya untuk menghadapi masalah kami dan menyelesaikannya sekaligus, disamping pelajaran-pelajaran tarbiyah lainnya".

petikan dari taujih Musyafa Ahmad Rahim

Lingkaran Cahaya


Mungkin anda adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:

“...ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqah (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”. Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam.”
Maka Rasulullah bertanya, “Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu”. Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim)

Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah. Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuraba’ (orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sada Nabi bahwa mukmin itu cermin bagi mukmin yang lain Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah Al-Quran dan hafalannya, tentang shalat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya. Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya. Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.

Mereka saling meyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A. Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi. Ada yang bercerita tentang amanah-amanah dakwahnya yang katanya semakin mengasyikan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi, mambawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.

Senin, 23 Juli 2012

Dilema PKS; Jokowi atau Foke

Beberapa bulan lalu ibukota Republik Indonesia baru saja selesai menyelenggarakan hajatan besar. Berdekatan dengan hari jadi Jakarta, masyarakat di Jakarta baru saja melaksanan pemilihan langsung kepala daerah mereka, sebagai konsekuensi dari dianutnya sistem demokrasi langsung di Indonesia. Ada 6 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang bersaing di event ini. Dan akhirnya event ini ditutup dengan rekapitulasi suara sebagai berikut. Pasangan Jokowi-Ahok yang diusung oleh PDI P dan Gerindra memperoleh suara terbanyak yaitu sekitar 42,60 % dari 4 juta warga DKI yang menggunakan hak pilih, atau sekitar 1,8 juta suara, disusul oleh pasangan dari incumbent Foke-Nara dengan 34 %, lalu HNW-Didik yang diusung PKS,PAN dan PKB  dengan 11,8 %, kemudian pasangan independen Faisal-Biem di urutan keempat dengan 4,89 %, disusul dengan pasangan yang diusung Partai Golkar Alex Noerdin-Nono dengan 4,5 % dan yang terakhir adalah pasangan independen Hendarji-Riza dengan 1,8 % suara. Karena belum ada pasangan yang memperoleh suara diatas 50 %, maka sesuai peraturan akan diadakan pemilukada putaran kedua yang diikuti oleh dua pasangan pemeroleh suara teratas yaitu Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Kemungkinan putaran kedua akan berlangsung di bulan september nanti.

Yang cukup menarik dari sisa pilkada DKI putaran pertama adalah sebuah pertanyaan, kemana suara PKS akan berlabuh ? Modal 11,8 % suara yang diperoleh di putaran pertama bisa menjadi kartu as untuk menentukan siapa yang akan memenangkan pilkada DKI nanti. Kenapa demikian ? Karena secara matematis  jika semua suara PKS ini masuk ke salah satu pasangan tersebut, maka nilai yang akan diperoleh cukup untuk memenangkan pilkada nanti. Yang kedua, kader PKS terkenal dengan loyalitasnya. Apapun yang diperintahkan oleh petinggi partai, maka seluruh lapisan kader akan melaksanakannya. Dan dapat dibayangkan jika semua suara yang diperoleh masuk secara keseluruhan ke satu pasangan, sudah pasti itu menjadi modal yang cukup untuk memenangkan kompetisi ini.  Belum ada pernyataan resmi dari petinggi PKS tentang kecederungan kearah mana PKS akan berkoalisi. Namun mulai banyak analisis dan opini yang bermuculan tentang kemungkinan-kemungkinan arah suara PKS dan penilaian-penilaiannya.

Dari berbagai opini yang ada di masyakarat, bisa dikatakan posisi PKS serba salah. Jika PKS memilih untuk memberikan suara ke Foke-Nara, maka PKS akan dicap pro status quo. Memang sebagai incumbent, tidak bisa dikatakan Foke memimpin Jakarta dengan track-record yang baik. Tidak ada yang bisa dibanggakan. Atau bisa juga dikatakan Jakarta mengalami stagnansi, sedangakan sudah menjadi suatu kepastian bahwasannya manusia pasti menginginkan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Namun tidak ada juga yang merupakan keburukan besar. Terlepas dari benar tidaknya isu korupsi yang melandanya, yang jelas kita tidak bisa menilai sebelum itu terbuktikan. Karena status hukum seseorang itu harus diputuskan berdasarkan kaidah hukum yang berlaku, bukan berdasarkan opini masyarakat. Dan jika PKS gagal mencitrakan pilihannya dan membuktikan bahwa pilihannya bukan suatu kesalahan, maka hal ini akan sangat berpengaruh di Pemilu 2014.

Kalaupun PKS akan memberikan suaranya ke Jokowi-Ahok, tentunya ini akan mendapatkan tentangan dari orang-orang kanan. Beberapa pernyataan kontroversial yang dikeluarkan Ahok yang mengindikasikan adanya unsur sekularisme dalam berideologi, tentunya sangat bertolak belakang dengan citra PKS sebagai partai yang lekat dengan ciri ke islamannya. Pastinya ini akan mendapat cibiran dari orang-orang konservatif. Selain itu PKS sadar, langkah memenangkan Jokowi-Ahok itu sama saja memuluskan jalan Prabowo ke pilpres 2014.

Aku Rindu Ramadhan

Aku rindu ramadhan
tapi bukan rindu pada kemeriahan suasana dalam menyambutnya
bukan pula rindu pada keceriaan saat berkumpul bersama keluarga
bukan pula rindu pada maraknya hiburan di tv saat menjelang buka dan sahur
bukan pula rindu pada takjil dan manisnya kurma
bukan pula rindu pada kesenangan saat mendengan petasan
tapi aku rindu
rindu melihat masjid yang penuh saat isya dan subuh
rindu mendengar orang bertadarus di masjid hingga larut malam
rindu melihat orang yang menunggu bis samabil memegang al quran,bukan handphone atau blackbery
rindu melihat orang sangat berhati-hati menjaga perkataanya
rindu melihat orang tidak berpikir panjang dalam berderma
Ya Allah,pertemukanlah aku dengan ramadhan tahun ini
atau jikapun tidak, maka jadikanlah sebelas bulan kedepan seperti bulan ramadhan
karena ketaatan dalam menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu bukan hanya untuk satu bulan ini saja

Sabtu, 07 Juli 2012

Kapan Kita Bisa Berlebaran Bersama Lagi ?


*tulisan ini dimuat di fimadani

Ramdhan 1433 Hijriah sudah dekat, sangat dekat malah. Bahkan saking dekatnya, aromanya pun sudah tercium mulai dari sekarang. Aroma kebahagian dan sukacita dalam menyambut bulan baik itu diekspresikan oleh masyarakat dengan berbagai cara. Mulai dari penyebaran pesan di media publikasi umum, ceramah-ceramah, bahkan dengan event-event keagamaan khusus yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Ramadhan. Bagi masyarakat Indonesia, Ramadhan dan Iedul Fitri memiliki ke khasan tersendiri sehingga moment ini sangatlah dinanti. Ritual Mudik atau pulang ke kampung halaman dan berkumpul dengan sanak saudara merupakan hal khusus lain yang dinanti oleh masyarakat kita. Memang pulang ke kampung halaman atau hanya sekedara berkumpul dengan keluarga bisa dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu lebaran atau Ramadhan. Namun berkumpul dengan keluarga pada momentum ini memberikan suasana berbeda daripada ketika dilakukan pada hari biasa.

Namun dalam Ramadhan kali ini, pemerintah kita menyisakan satu pekerjaan rumah dari perayaan lebaran tahun lalu yang sayangnya sampai sekarang belum terselesaikan. Masih terbekas dalam ingatan kita tragedi “opor basi” atau yang lebih umumnya adalah perbedaan penetapan kapan Iedul Fitri 1432 Hijriah kemarin, sempat menimbulkan polemik tersendiri di masyarakat kita. Paska lebaran tahun lalu sempat beredar wacana penyatuan tanggal Hijriah. Namun sepertinya hal itu gagal terwujud. Pemerintah yang seharusnya memiliki pengaruh yang kuat di hadapan warga negaranya, mulai kehilangan kewibawaannya. Sehingga jangankan untuk mewujudkan momentum penyatuan kalender Hijriah, hasil sidang itsbat yang semestinya bisa dijadikan patokan dalam menentukan kapan mulai puasa, kapan lebaran dan beberapa event lain dalam kalender islam pun sudah kehilangan keskaralannya untuk dipatuhi dan dilaksanakan bersama oleh semua masyarakat.

Tujuan utama dari adanya regulasi yang dibuat pemerintah sebenarnya bukanlah untuk memaksakan suatu peraturan kepada rakyatnya. Melainkan untuk mencegah terjadinya konflik sosial di lapisan masyarakat bawah. Memang konflik sosial yang muncul dari perbedaan penetapan lebaran tahun lalu tidak sampai berujung pada pertikaian fisik antar kelompok, kerusuhan atau tindakan anarkis lainnya. Sudah cukup jenuh masyarakat kita disuguhi tindakan-tindakan kekerasan seperti itu. Konflik yang timbul memang masih dalam lingkup pertikaian verbal yang dapat kita lihat dengan adanya perang opini yang sempat marak dalam jejaring sosial dan media elektronik. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini menyebabkan keresahan di masyarakat. Tidak adakah satu momentum khusus dimana kita bisa merayakan hari raya bersama dengan penuh sukacita tanpa harus dibumbui pertikaian?

Senin, 25 Juni 2012

Ikhwanul Muslimin Paska Pemilu

*tulisan ini sudah dimuat di Dakwatuna

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ahad 24 Juni waktu setempat, Lapangan Tahrir kembali dibanjiri oleh ribuan masa dari segala penjuru Mesir. Namun kali ini mereka datang bukan untuk berunjuk rasa. Alih-alih mereka semua larut dalam suasana penuh kesyukuran dan haru, bersujud menayapaikan rasa terima kasihnya kepada Allah atas nikmat yang telah berikan. Karena sesaat sebelumnya, lembaga penyelenggara pemilu setempat secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa Dr Muhammad Mursi sebagai pemenang dalam pemilihan umum presiden Mesir. Suatu kemenangan yang tidak hanya di syukuri oleh para anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi pengusung Mursi untuk maju dalam pilpres Mesir melalui sayap politiknya Partai Keadilan dan Kebebasan, namun juga disyukuri oleh masyarakat Mesir lainnya yang memilih dan menaruh harapan besar di pundak Mursi.

Rentetan peristiwa yang diawali dari Revolusi Yasmin yang berhasil menggulingkan diktator Mubarak dari kursi presidennya, lalu berlanjut dengan diselenggarakan pemilu parlemen yang  mengantarkan Partai Keadilan dan Kebebasan sebagai partai peraih suara terbanyak dalam pemilu parlemen, dan ditutup dengan peristiwa terpilihnya Muhammad Mursi yang juga kader partai ini sebagai Presiden terpilih Mesir melalui pemilu, tentunya tidak pernah dibayangkan oleh Ikhwanul Muslimin bakal terjadi secepat ini sebelumnya. Walaupun bisa jadi, Ikhwan sebenarnya sudah memvisikan hal ini sejak lama. Namun jangan dimaknai bahwa memenangkan pemilu adalah tujuan akhir dari Ikhwan. Karena terlalu sederhana jika tujuan dari amal politik Ikhwan dimaknai hanya untuk memperoleh kemenangan dalam pemilu. Ada tujuan yang jauh lebih besar, jauh lebih mulia dari itu. Dan memenangkan pemilu hanyalah salah satu anak tangga dari puluhan anak tangga yang masih harus dilalui Ikhwan.

Meskipun Ikhwan sudah memenangkan kedua pemilu tersebut, namun jalan yang akan dilalui Ikhwan kedepannya belumlah mulus. Husni Mubarak yang dulu sangat berambisi untuk memberangus Ikhwan kini memang tengah duduk di kursi pesakitan. Namun sejatinya pihak yang sangat ingin menghacurkan Ikhwan bukanlah Mubarak, Shafiq atau bahkan Dewan Militer Mesir. Ada dalang yang lebih besar disana, atau bisa dibilang ada invisible hand, jika penulis boleh meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Adam Smith, walaupun pemaknaannya berbeda. Invisible Hand yang mencengkeram hampir semua pilar pemerintahan Mesir, sehingga memaksa beberapa elit untuk bermusuhan dengan saudaranya sendiri. Baru-baru ini Dewan Militer Mesir melakukan pembubaran parlemen dan pembekuan konstitusi, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dewan Militer mengumumkan bahwa mereka mengambil alih kewenangan legislatif selama tidak ada parlemen. Padahal sebelumnya Militer menyatakan bahwa mereka akan menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan yang terpilih pada bulan Juni ini. Namun beberapa manuver ini mengindikasikan bahwa sebenarnya militer tidak ingin menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan sipil. Beberapa pengamat mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh Dewan Militer ini bertujuan untuk mencegah tersingkirnya mereka dari poros kekuasaan dan upaya untuk mempertahankan eksistensi sisa rezim Mubarak.

Minggu, 10 Juni 2012

Tarbiyah ini untuk siapa ?

Asslamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Tarbiyah. Awalanya kata ini merupakan kata yang asing di telinga. Saya baru mengenal kata tarbiyah (dan juga sistem tarbiyah itu sendiri) ketika saya pertama kali kuliah di kampus STT Telkom Bandung. Dulu waktu SMA,saya bisa dikatakan termasuk anak begajulan. Ya walaupun tidak pernah sampai berkelahi dan tawuran,tapi dulu aktivitas saya sangat jauh dari aktivitas keagamaan. Barulah ketika saya menjejakkan kaki di kampus ini, dan dipertemukan dengan aktivitas mentoring agama (embrio awal tarbiyah),disinilah saya mulai bersinggungan dengan tarbiyah itu sendiri.

Awalnya saya tidak terlalu merasakan keuntungan dari tarbiyah tersebut. Pada waktu awal saya bahkan merasa,justru tarbiyah lah yang membutuhkan saya,dan orang-orang seperti saya. oleh karena itu tidak heran jika  para mentor (pengelola satu kelompok mentoring) sangat rajin untuk menekankan akan datang dalam tarbiyah, tanpa suatu alasan yang bisa saya terima secara logis waktu itu. Namun seiring waktu berjalan,perasaan dalam diri saya mulai berubah. Ada hal lain yang mebuat hati saya selalu tergerak untuk datang dalam aktivitas mentoring waktu itu. Ada hal yang berbeda ketika saya sempat terputus dari tarbiyah. Saya tidak merasakan lagi adanya siraman ketenangan yang walaupun hanya sepekan sekali namun itu sangat menentramkan. Saya tidak merakasan lagi ada orang yang selalu menanyakan kabar saya,tidak hanya kabar kesehatan jasmani,namun juga kabar kesehatan iman. Saya tidak merasakan lagi adanya sebuah visi besar yang rupanya selama ini selalu didengungkan oleh sang mentor,namun hati saya masih bias dalam menangkapnya sehingga saya tidak bisa mencernanya. Dan akhirnya saya menyadari bahwa pada dasaranya bukan tarbiyah yang membutuhkan kita,namun kitalah yang membutuhkan tarbiyah.

Disinilah kami bertemu,dengan wajah-wajah teduh yang memancarkan keimanan. Disinilah kami belajar,mengenal lebih dalam menyelami keindahan agama yang sempurna dan lengkap aturannya. Disini kami bersaudara,menyadari bahwa iman menyatukan kami,walaupun berbeda rupa,suku dan asal keluarga. Disini kami berubah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik,dari kegelapan menuju cahaya. Disini kami merajut cita dan menjadi generasi islam,  menjadi representasi islam yang menebarkan kebaikan dan rahmat bagi alam semesta.

Sudah lebih dari empat tahu saya merasakan tarbiyah,dan saya mulai merasakan dampak yang signifikan pada saya. Saya kini tidak lagi hanya berposisi dalam "menerima", tapi saya juga harus bisa "memberi". Karena surga itu terlalu luas untuk dinikmati sendiri. Minimal saya ingin orang lain merasakan apa yang saya rasakan sekarang. Tapi jalan tarbiyah tidak semulus sperti yang dibayakangkan. Lebarnya tak bertepi dan pangkalnya tak berujung. Salah satu ujian yang datang adalah ketika beredar stigma  pada peserta tarbiyah tentang siapa yang berada dibelakang tarbiyah. Stigma negatif yang mengatakan bahwa tarbiyah tidak lain hanya sekedar bertujuan merekrut konstituen,barisan pendukung terhadap kelompok tertentu. Dan stigma ini pun sempat menimpa saya. Jika kita ingin menanyakan tentang suatu sistem,maka tanyalah kepada orang yang di sistem tersebut. Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada murabbi saya, murabbi saya pun menjawab dengan jawaban yang sudah saya duga.

Sabtu, 19 Mei 2012

Dialog Imajiner Seorang Ibu dan Anaknya


Suatu hari seorang anak laki-laki bertanya pada Sang Ibu...
“Bu, jika kelak anakmu ini akan menikah. Istri seperti apa yang mesti kupilih?”
Sang ibu yang bijak pun menjawab,“Nak, seorang istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilang resahmu.Saat kau bersamanya tentram hatimu. Saat kau pamit menjemput rizki, ia lambaikan tangan sambil mendo’akanmu...”

“Tapi Bu... Aku kan belum tahu sifatnya. Bagaimana aku dapat mengenalnya” Sang Anak menyela.
Sang Ibu menjawab “Nak... jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu, lihatlah bagaimana ia memuliakan ayah bundanya. Jika kau ingin tahu apakah ia kasih terhadap anak-anakmu kelak, lihatlah perlakuannya terhadap adik kakaknya.”
Sang Anak termenung sejenak...
Sang Ibu menandaskan kembali
“Nak... jodohmu sudah ada ditangan-Nya. Jangan pernah khawatir. Khawatirlah jika kau belum bisa memperbaiki diri. Khawatirlah bila engkau belum pantas menjadi suami bagi pendampingmu. Khawatirlah jika ibadahmu hanya tuk dilihat olehnya. Padahal Dia yang memberikannya untukmu....
Nak, perbaiki akhlaqmu, maka kau kan dapatkan pujaan hatimu.
Luruskan niatmu, maka kau kan dapatkan bidadari dunia akhiratmu.
sempurnakan ikhtiarmu, maka jodohmu kan mendekat padamu” pesan sang Ibu

Namun pernikahan begitu indah kudengar
membuat kuingin segera melaksanakan
namun bila kulihat aral melintang pukang
hatiku selalu maju mundur dibuatnya

Akhirnya aku segera tersadar
hanya kepada Allahlah tempatku bersandar
yang akan menguatkan hati yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar
Sang Ibu pun tersenyum dan mendoakan sang putera

Senin, 14 Mei 2012

Liqo oh Liqo



liqo oh liqo
nasibmu malang nian
dijadikan pelarian
oleh orang yang tak punya kepribadian
merasa sudah aman dengan sebutan "ikhwan"
padahal ilmu dan amal bagai utara dan selatan.


liqo oh liqo
kau sering dijadikan status palsu
oleh oknum yg selalu ingin terlihat maju
walau hidupnya hanya segitu


liqo oh liqo
kau didatangi ketika dibutuhkan
kau dihindari ketika mereka sibuk pacaran
kau dicaci maki ketika tidak sesuai harapan
tapi tenang sajalah Allah tak mungkin salah kasih keputusan.


liqo oh liqo riwayatmu kini..


(oleh akun anonim Pasukan Islam Pejuang Syariat)

Rabu, 09 Mei 2012

Aku malu pada Mu


Terkadang timbul rasa malu di hati ini ketika kita bertemu atau menampakkan wajah di hadapan orang yang pernah kita berbuat salah padanya.Tapi entah kenapa tidak terbesit rasa malu sedikitpun di hati ini ketika kita menghadapkan wajah kita kepada Allah dalam shalat kita,dengan segala dosa yang kita miliki. Bahkan dengan pede nya kita berucap "inni wajjahtu wajhiya"

Perasaan bersalah yang terkadang muncul di hati ini ketika kemaksiatan itu terjadi,kita kubur dengan sebuah pembelaan yang berusaha kita munculkan bahwa Allah Maha Pemaaf. Pernyataan ini benar,tapi ada tujuan batil yang kita inginkan disana. Jangan lihat besar kecilnya perbuatan maksiat yang kita lakukan,tapi lihatlah kepada siapa kita berbuat maksiat. Allah memang Maha Pemaaf,tapi jangan jadikan itu sebagai legalisasi bagi kita untuk melakukan “kemaksiatan sepele”. Ingat tidak ada hal yang sepele dalam agama.

Tak terhitung sudah berapa puluh janji yang kita utarakan kepada Allah. Sudah tak terhitung juga sudah berapa janji yang tidak kita tepati kepada Allah. Bahkan mungkin banyak juga janji yang sudah tidak kita ingat. Disadari atau tidak,dalam hal menepati janji kepada Allah,kita kalah dengan iblis. Dulu iblis pernah berjanji kepada Allah bahwa mereka akan terus menyesatkan anak cucu adam hingga akhir masa nanti. Dan sampai saat ini iblis masih memegang teguh janji itu.

Ketika berbicara masalah kesalahan ,kita sering berkilah dengan pembelaan bahwa sudah menjadi fitrah manusia menjadi tempatnya salah dan dosa. Tapi ketika berbicara masalah kewajiban,kita seolah lupa bahwa tujuan pencipataan manusia adalah beribadah kepada Allah. Tidak terhitung sudah berapa malam kita siakan, sudah berpa waktu mustajab kita buang percuma,sudah berapa ladang amal yang kita acuhkan begitu saja. Urusan duniawi telah melalaikan kita. Dan dalam setiap waktu itu, hati kita berdesir mengucapkan “Allah maaf,aku sedang sibuk”.

Duh Gusti,begitu banyak kesalahan yang sering hamba perbuat kepada-Mu. Tapi Kau tidak pernah berhenti memberikan kasih dan sayang pada hamba. Semoga hamba bisa terus mengabdi pada mu. Seperti apa yang selalu hamba ucapkan kepada Mu setiap hari dalam shalat hamba bahwa “sesungguhnya shalatku,ibadahku,hidup dan matiku hanya untuk Allah,Tuhan semesta alam

Rabu, 25 April 2012

Review Buku Dilema PKS


Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Setelah beberapa lama tidak mengupdate blog,akhirnya berkesempatan juga untuk kembali menulis saat ini. Dalam tulisan ini,saya ingin menulis tentang buku yang baru saja saya beli dan saya baca, yaitu “Dilema PKS, Suara dan Syariah” karya Burhanuddin Muhtadi terbitan KPG. Pertama kali saya mendapatkan informasi tentang buku ini dari kawan saya yang berkunjung ke Islamic Book Fair di Jakarta pada Maret lalu. Beliau mengatkan bahwa  buku ini (Dilema PKS) menjadi primadona dalam IBF kemarin. Bahkan sebelum IBF ditutup, buku ini sudah habis di beberapa stand. Terdorong oleh rasa penasaran,esok harinya saya langsung pergi ke toko buku Gramedia di Bandung.  Dan Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan buku ini.  Ini adalah buku kedua yang sudah saya baca yang mengulas tentang PKS (dan ditulis oleh seorang outsider PKS). Buku pertama yang saya baca adalah “Partai Keadilan Sejahtera, Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Indonesia Kontemporer” karya Aay Muhammad Fukron terbitan Teraju.  Alasan kenapa saya cukup tertarik terhadap tulisan mengenai partai ini adalah, karena menurut saya PKS merupakan salah satu partai yang paling fenomenal dalam jagad politik Indonesia saat ini. Walaupun dalam sejarah PKS belum pernah menjadi partai pemenang dalam Pemilu yang pernah diselenggarakan (bahkan masuk dalam tiga besar pun belum pernah), namun kehadirannya cukup mendapat perhatian public. Tidak hanya di Indonesia,bahkan pengamat politik manca negara pun juga menaruh perhatian terhadap partai ini. Terbukti dari literature yang digunakan Burhanuddin Muhtadi dalam menyusun buku ini pun juga banyak berasal dari tulisan pengamat politik dari manca negara yang menulis tentang PKS. Setiap apa yang dilakukan oleh partai ini,selalu menjadi konsumsi media. Mulai dari yang mengundang decak kagum hingga cacian. PKS memang selalu penuh dengan kejutan. Element of surprise.  Mungkin kata-kata ini yang bisa menggambarkan perilaku PKS. Tidak jarang manuvernya yang mendadak dan tidak diprediksi oleh orang lain sebelumnya,menimbulkan tanda tanya ataupun kejutan. Misal,keputusan menjadi partai terbuka,berlaku berbeda dengan mainstream kalangan koalisi Setgab dan lain-lain. Entah disengaja atau tidak,sepertinya unsur element of surprise yang dimiliki PKS hampir sama dengan yang selalu dilakukan oleh sebuah gerakan yang katanya menjadi inspirator PKS yaitu Ikhwanul Muslimin. Kita lihat bagaimana dulu ketika revolusi Mesir,ditengah maraknya unjuk rasa,tiba-tiba Ikhwan mengumumkan mundur dari aksi demonstrasi. Atau ketika Ikhwan melalui partai Al Hurriyyah wal ‘Adalah yang memenangi pemilu di Mesir,justru memiliih membangun koalisi dengan partai liberal daripada dengan partai An Nur yang berafiliasi terhadap islam. Entah apa maksud dibalik itu semua. Tapi menurut saya,ada unsur  “kecerdasan” tersembunyi di balik keputusan itu semua. Kecerdasan yang terkadang dipandang sebagai sikap inkonsistensi oleh sebagian pihak. Kecerdasan yang merupakan buah pemikiran berlandaskan prinsip syuro yang mucul akibat kematangan dalam bersikap dan kedewasaan dalam mengambil keputusan.

Rabu, 07 Maret 2012

Ikhlas


"Kalau ini perintah Allah, maka Dia sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami" (Siti Hajar)

"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semua itu tak kuhiraukan..." (Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam)

"Aku kembalikan perlindunganmu dan aku ridha dengan perlindungan Allah saja" (Abu Bakar bin Abu Quafah)

"Ya Allah!! Ambil darahku hari ini sekehendakMu, sampai Engkau ridha padaku" (Thalhah bin Ubaidillah)

"Dimanapun aku mati aku tak peduli, asalkan iman tetap terpatri. Untuk Allah semua itu kulakukan, dari-Nya berkah kuharapakan, dari tetesan darah dan goresan luka.." (Khubaib bin 'Adi)

"Sungguh, Allah dan Rasul-Nya itulah nikmat dan karunia yang terbaik" (Kaum Anshar)

"Aku tidak meminta balasan dari kalian, atas jerih payah itu, sesungguhnya balasanku hanya ada di sisi Allah. Aku berlindung kepada Allah, dari perasaan telah memberi kepada umat ini, kami dari mereka dan keberadaan kami untuk mereka. Pengorbanan ini kami jadikan salah satu sarana agar mereka mau memahami dan menerami da'wah kami" (Hasan Al Bana)

Ikhlas, satu kata yg takkan pernah selesai dipelajari,
mudah dieja, namun jangan tanya seberapa berat pelaksaannya

karena Ikhlas, bukan hanya pada awalnya saja
tapi juga selama proses hingga sampai pada akhirnya,
ketika nafas terhenti
ketika Izrail menghampiri.

belajar, terus belajar,
bernafas untuk Allah, begerak untuk Allah, melangkah untuk Allah, menulis untuk Allah, bekerja untuk Allah

berupaya memaknai secara sejati : "Untuk Allah di atas segalanya"

Ya Allah, kereta ini adalah sarana bagi kami untuk berfastabiqul khairat dan menyeru kepada-Mu.
Ya Allah, kereta ini adalah sarana bagi kami untuk bergerak dalam barisan yang rapi dan solid dalam rangka mengajak orang lain menjadi penyeru di jalan-Mu.
Maka Ya Allah, jangan Engkau jadikan kereta ini membelokkan hati-hati kami dari selain-Mu.
Jadikan tiap gerak langkah kami bahkan ketika kami menstrategi, mengkonsep, dan menjalankannya, tetapkanlah kami selalu mengingati-Mu.
Tiada tujuan lain selain menegakkan dien-Mu. Kereta ini sangat kecil sekali. Ia hanya salah satu wajihah untuk menuju ke sebuah tujuan yang besar: Islam sebagai Ustadziatul Alaam

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berhimpun dalam mencintai-Mu,
telah bertemu dalam mentaati-Mu,
telah bersatu dalam menyeru-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu,
kokohkanlah ikatannya,
kekalkanlah cintanya,
tunjukilah jalan-jalannya,
Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tak pernah pudar,
lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu
dan keindahan bertawakkal kepada-Mu,
hidupkanlah hati kami dengan ma'rifat-Mu,
wafatkanlah kami dengan syahadah di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik pembela.
Ya Allah, amin.

Senin, 05 Maret 2012

Stereotype Gerakan

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh


"Tujuan diatas segala tujuan kita saat ini adalah membuat ummat bersatu"
-Hasan Al Banna-

Dengan mata kepala sendiri, hari ini kita menyaksikan makin banyak timbulnya gerakan-gerakan islam di dunia (harakah islamiyah). Baik itu yang ruang lingkup geraknya masih eksis hanya dalam satu negara atau ada juga yang sudah menyebar di beberapa negara di dunia. Tidak hanya negara yang mayoritas penduduknya islam, bahkan di negara yang islam merupakan minoritas. Bahkan di negara yang selama ini dicap memusuhi kaum islam. Bagaikan cendawan di musim hujan, eksistensi harakah-harakah tersebut di dunia makin bertambah marak tiap harinya. Seiring dengan kembali munculnya semangat di tiap muslimin untuk membangkitkan kembali islam. Sayang, tujuan mulia yang sama-sama dipahami masing-masing harakah tersebut, tidak membuat mereka akur dalam menjalani aktivitasnya. Seharusnya keberadaan harakah-harkah tersebut bisa kembali menyatukan umat islam dalam satu barisan,bukan lagi terpecah-pecah bagaikan buih di lautan. Apa yang kita saksikan hari ini adalah banyak harakah itu yang terjebak dalam tabanni pendapat harakahnya dan mulai menyalahkan harakah lain. Sehingga alih-alih membuka pintu persatuan, yang ada malah kejumudan pada pendapat kelompoknya sendiri. Hal ini diperparah dengan cara mereka dalam memandang islam hanya dari satu sisi saja atau orientasi mereka yang kuat pada masa lalu yang telah lewat. Sebenarnya jika kita mau menarik garis merahnya, banyak persamaan yang ada dalam harakah tersebut dimana mereka bisa bekerjasama di dalamnya. Sayangnya sebagian mereka terlalu disibukkan dengan mengungkit-ngungkit perbedaan kecil yang sifatnay furu dan khilafiyah daripada bekerja sama dalam persamaan yang lebih banyak. Sehingga terbesit dalam pikiran saya bahwa terkadang dibutuhkan suatu kesabaran yang lebih dalam berdialog dengan "tetangga-tetangga" saya aktivis harakah daripada dengan "tetangga-tetangga" yang aktivis partai sekuler. Aqidah seharusnya bisa menyatukan kita,tapi ghurur dan kesombongan sudah mulai ramai dimunculkan dan menghancurkan ukhuwah antar kita semua. Saya khawatir, jika sikap seperti itu terus dimunculkan oleh para aktivis harakah tersebut, maka persatuan islam tidak lebih dari sekedar utopia belaka.

Kamis, 01 Maret 2012

Agar Diri Menjadi Berkah (Kenapa harus menjadi mentor )

Assalmu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menjadi orang yang mendapatkan keberkahan, tentulah menjadi cita-cita setiap orang. Kita sering mendapatkan kata berkah disandinkan dengan sesuatu hal yang bersifat agung dan bermanfaat. Barakah secara bahasa berarti kebaikan yang banyak dan tetap. Sedangkan menurut syariat berarti kebaikan yang banyak diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada siapa yang dikehendaki. Lalu bagaimana menjadi manusi yang mubarak ? dan apa kaitannya dengan menjadi murabbi/mentor ? Berikut saya ambil kutipan surat dari Ibnu Qayyim kepada Ala Al-Din, saudaranya.


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللهُ اَلْمَسْؤُوْلُ اَلْمَرْجُوُّ اْلإِجَابَةِ أَنْ يُحْسِنَ إِلَى اْلأَخِ عَلاَءِ الدِّيْنِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَيَنْفَعَ بِهِ، وَيَجْعَلَهُ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كَانَ، فَإِنَّ بَرَكَةَ الرَّجُلِ : تَعْلِيْمُهُ لِلْخَيْرِ حَيْثُ حَلَّ، وَنُصْحُهُ لِكُلِّ مَنْ اِجْتَمَعَ بِهِ. قَالَ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنِ الْمَسِيْح أَيْ :
- مُعَلِّمًا لِلْخَيْرِ
- دَاعِيًا إِلَى اللهِ
- مُذَكِّرًا بِهِ
 مُرَغِّبًا فِيْ طَاعَتِهِفَهَذَا مِنْ بَرَكَةِ الرَّجُلِ، وَمَنْ خَلاَ مِنْ هَذَا، فَقَدْ خَلاَ مِنَ الْبَرَكَةِ، وَمُحِقَتْ بَرَكَةُ بَقَائِهِ وَالاِجْتِمَاعِ بِهِ، بَلْ تُمْحَقُ بَرَكَةُ مَنْ- لَقِيَهُ وَاجْتَمَعَ بِهِ، فَإِنَّهُ يُضَيِّعُ الْوَقْتَ فِي الْمَاجِرِيَّاتِ، وَيُفْسِدُ الْقَلْبَ، وَكُلُ آفَةٍ تَدْخُلُ عَلَى الْعَبْدِ فَسَبَبُهَا ضَيَاعُ الْوَقْتِ، وَفَسَادُ الْقَلْبِ، وَتَعُوْدُ بِضَيَاعِ حَظِّهِ مِنَ اللهِ وَنُقْصَانِ دَرَجَتِهِ وَمَنْزِلَتِهِ عِنْدَهُ، وَلِهَذَا وَصَّى بَعْضُ الشُيُوْخِ فَقَالَ : اِحْذَرُوْا مُخَالَطَةَ مَنْ تُضَيِّعُ مُخَالَطَتُهُ اَلْوَقْتَ، وَتُفْسِدُ الْقَلْبَ، فَإِنَّهُ مَتَى ضَاعَ الْوَقْتُ، وَفَسَدَ الْقَلْبُ اِنْفَرَطَتْ عَلَى الْعَبْدِ أُمُوْرُهُ كُلُّهَا، وَكَانَ مِمَّنْ قَالَ اللهُ فِيْهِوَمَنْ تَأَمَّلَ حَالَ هَذَا الْخَلْقَ وَجَدَهُمْ كُلَّهُمْ – إِلاَّ أَقَلَّ الْقَلِيْلِ – مِمَّنْ غَفَلَتْ قُلُوْبُهُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى وَاتَّبَعُوْا أَهْوَاءَهُمْ، وَصَارَتْ أُمُوْرُهُمْ وَمَصَالِحُهُمْ فُرُطًا، أَيْ فَرَطُوْا فِيْمَا يَنْفَعُهُمْ، بَلْ يَعُوْدُ بِضَرَرِهِمْ عَاجِلاً وَآجِلاً 

Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Allahlah Dzat tempat kita meminta Yang Diharap Keterkabulannya. Semoga Dia berbuat ihsan kepada al-akh ‘Ala’ al-Din di dunia dan akhirat, menjadikannya orang yang bermanfaat dan membawa keberkahan di mana pun ia berada. Sebab, keberkahan seseorang ada pada:
  • Pengajarannya terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada, dan
  • Nasehat yang ia berikan kepada semua orang yang ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya.
Saat menceritakan tentang nabi ‘Isa ’alaihi al-salam, Allah subhanahu wa ta’ala- berfirman:
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”. (Maryam: 31)
Nabi ‘Isa ‘alaihi al-salam menjadi manusia yang membawa berkah adalah karena ia:
  1. Menjadi guru kebajikan
  2. Juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allah subhanahu wa ta’ala
  3. Mengingatkan manusia tentang Allâh subhanahu wa ta’ala
  4. Mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Inilah bagian dari keberkahan seseorang, siapa saja yang tidak memiliki hal ini, maka, ia telah kosong dari keberkahan, keberkahan eksistensi dan ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya telah dihapus, bahkan, keberkahan orang-orang yang liqa’ (bertemu) dan ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya juga dihapuskan, sebab, ia hanyalah:
  1. Membuang-buang waktu dalam kehidupan, dan
  2. Merusak hati.
Dan semua afat (bencana, problem, musykilah) yang datang kepada seorang manusia, penyebabnya adalah waktu yang tersia-sia dan hati yang rusak, dan keduanya merupakan akibat dari:
  1. Tersia-sianya “posisi” dia di sisi Allâh subhanahu wa ta’ala-, dan
  2. Turunnya tingkatan dan kedudukan dia di sisi Allâh subhanahu wa ta’ala
Oleh karena inilah, sebagian masyayikh berpesan:
“Waspadalah, jangan mukhalathah (berkumpul, bergaul) dengan seseorang yang menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan menyebabkan hari rusak, sebab, jika waktu telah terbuang sia-sia, dan hati rusak, maka segala urusan manusia menjadi berantakan, dan ia termasuk dalam cakupan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (Al-Kahfi: 28).
Dan siapa saja yang mencermati keadaan manusia di bumi ini, ia akan mendapati bahwa mereka – kecuali sangat-sangat sedikit – termasuk dalam kategori:
  1. Orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala-
  2. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu
Akibatnya, segala urusan dan kemaslahatan mereka menjadi tercerai berai, tidak membawa manfaat kepada mereka, bahkan madharatnya malah menimpa mereka, baik urusan di dunia maupun akhirat.



Dari kutipan panjang di atas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita catat untuk kehidupan dakwah kita sekarang ini, antara lain:

Seseorang dapat menjadi sumber keberkahan, manakala memiliki sifat dan karakter sebagai berikut:
          1.  Menjadi guru untuk segala macam kebaikan
          2.  Memberi nasihat kepada semua orang yang ia temui dan yang berkumpul dengannya
          3.  Menjadi juru dakwah yang mengajak manusia untuk kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala
          4.  Menjadi pengingat manusia agar mereka tidak lalai
          5.  Memotivasi manusia untuk terus taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Wallahu'alam
*disadur dari taujih Musyafa Ahmad Rahim

Rabu, 08 Februari 2012

Coklat Berbalut Tausiyah


Assalmu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Mungkin engkau mulai berfikir “Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh” Betapa jamaknya ‘dosa kecil’ itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat “TV Thaghut” menyiarkan segala “kesombongan jahiliyah dan maksiat”?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da’wahnya?

Sebuah sindiran yang cukup ‘menohok’, yang disampaikan ustadz Rahmat Abdullah tersebut disampaikan dalam tulisannya yang berjudul “Kematian Hati”. Memang sekarang ini, fenomena ‘terlalu cairnya’ hubungan antar insan  yang menisbatkan dirinya sebagai aktivis dakwah cukup marak. Mulai dari sekedar memberi tausiyah,saling mengingatkan,hingga bercanda yang sudah kelewat batas, bahkan hingga ke komunikasi yang tidak seharusnya.Penulis tidak memungkiri bahwasannya komunikasi antar sesama manusia memanglah penting. Tak terkecuali bagi aktivis dakwah. Namun penulis sangat menyayangkan jika komunikasi yang kelewat batas seperti itu dilakukan dalam bingkai aktivitas dakwah, yang seharusnya murni dan bebas dari perbuatan semacam itu. Penulis tidak melarang jika seseorang ingin bercanda dengan lawan jenis yang bukan mahram nya. Tapi jangan kotori aktivitas dakwah dengan kegitan seperti itu. Ibarat kata, jika anda termasuk orang yang menganggap bahwa merokok di depan umum adalah hak setiap orang, maka setidaknya janganlah merokok di tempat yang terdapat tulisan “Dilarang Merokok”. Masih banyak tempat lain yang memperbolehkan anda untuk merokok.

Memang mengingatkan sesama muslim adalah suatu keharusan.watawaa shoubil haqqi watawaa shoubisshobr. Tapi apakah harus lintas gender jika kita ingin menasehati sesama muslim ? apakah sudah tidak ada lagi saudara kita yang se gender yang butuh di nasehati ? Memang terkadang seorang qiyadah perlu untuk mengayomi jundiy nya. Tapi jangan jadikan itu sebagai pembenaran untuk seorang qiyadah – yang biasanya laki-laki – untuk bertausiyah ke staff nya yang perempuan. Karena itulah dalam kredo organisasi islam, diperlukan yang namanya koordinator akhwat. Biar beliaulah yang menjalankan fungsi pengayoman kepada staff-staffnya yang perempuan. Kalau ternyata koordinatornya akhwat nya pun galau, dan selalu butuh di beri tausiyah, lebih baik ganti saja koordinator akhwatnya. Karena itu artinya, dia belum bisa menjalankan fungsinya sebagai pengayom. Jangan selalu berdalih “semuanya dikembalikan ke hati masing-masing”. Ingat, biar bagaimanapun juga komunikasi itu melibatkan dua pihak, pengirim dan penerima. Putihnya pengirim, belum tentu putihnya penerima. Bisa jadi ia menjadi merah muda. Lalu bukan berarti itu salah si penerima juga. Bukankah dalam maqashid syariah dikenal prinsip "bahwa mencegah kerusakan itu lebih diutamakan daripada menarik kemanfaatan".

Minggu, 15 Januari 2012

Semoga ini bukan dosa

(re-blog catatan Baihaqi)
Assalamu’alaikum wr.wb.

Tak terasa tiga tahun aku memendam rasa itu, rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.

Entah mengapa aku dengan mudah berkata “cinta” kepada mereka yang tak kucintai namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Dan aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.

Sakit hatiku memang saat prasangkaku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah.

Andai aku boleh berdoa kepada Tuhan, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama itu yang membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini.

Kamis, 12 Januari 2012

Akar Sejarah Konflik Palestina

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Muqaddimah
Belakangan ini isu-isu mengenai Palestina kerap mencuat menyusul penyerangan Israel ke Jalur Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya. Kebanyakan kaum muslimin di dunia bahkan termasuk di Indonesia mengecam dan mengutuk serangan tersebut dan memperlihatkan dukungannya untuk Palestina dan Hammas.

Timur Tengah merupakan kawasan dimana tiga agama Samawi diturunkan dan menjadikannya sebagai kawasan suci bagi umat Yahudi, Nasrani, dan Islam. Hal ini yang melatarbelakangi terjadinya Perang Salib dalam kurun waktu ratusan tahun. Tidak hanya perang salib, dalam era modern sekalipun konflik dikawasan Timur Tengah masih sering bergejolak, seperti perang Iran-Irak, Irak-Kuwait, invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afganistan, dan konflik Israel-Palestina yang sudah lama berlangsung hingga sampai pada detik ini. Entah sudah berapa ratus, ribu bahkan jutaan manusia mati begitu saja, baik dari pihak Israel maupun Palestina. Meskipun sudah memakan banyak korban baik harta maupun jiwa sekalipun konflik Palestina-Israel tak kunjung usai. Bahkan lembaga Internasional sekalipun (PBB) tak dapat menghentikan tragedi kemanusiaan di kawasan Timur Tengah khususnya dalam konflik Israel-Palestina. Kedua entitas politik ini telah “bertarung” di kawasan Timur Tengah semenjak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.

Kebrutalan Israel tehadap rakyat Palestina bukan terjadi karena insiden, akan tetapi lebih kepada tidak pedulinya Israel terhadap kemanuasiaan. Dengan membombardir sekolah milik PBB di kemp pengunsian adalah salah satu contoh ketidakpedulian tersebut. Ada pula keluarga dikumpul dalam satu rumah dan kemudian dihajar dengan mengunakan garanat.

Untuk melihat peta permasalahan Palestina - Israel ini lebih dalam lagi, tulisan sederhana berikut ini mudah-mudahan dapat memberi sedikit pengetahuan kepada kita tentang lembaran-lembaran sejarah masa lalu, sedang dan yang akan terjadi. Karena dengan membaca sejarah kita akan dapat melihat dan meletakkan suatu perkara itu pada tempatnya.

Sejarah singkat Konflik Palestina