Rabu, 07 Maret 2012

Ikhlas


"Kalau ini perintah Allah, maka Dia sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami" (Siti Hajar)

"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semua itu tak kuhiraukan..." (Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam)

"Aku kembalikan perlindunganmu dan aku ridha dengan perlindungan Allah saja" (Abu Bakar bin Abu Quafah)

"Ya Allah!! Ambil darahku hari ini sekehendakMu, sampai Engkau ridha padaku" (Thalhah bin Ubaidillah)

"Dimanapun aku mati aku tak peduli, asalkan iman tetap terpatri. Untuk Allah semua itu kulakukan, dari-Nya berkah kuharapakan, dari tetesan darah dan goresan luka.." (Khubaib bin 'Adi)

"Sungguh, Allah dan Rasul-Nya itulah nikmat dan karunia yang terbaik" (Kaum Anshar)

"Aku tidak meminta balasan dari kalian, atas jerih payah itu, sesungguhnya balasanku hanya ada di sisi Allah. Aku berlindung kepada Allah, dari perasaan telah memberi kepada umat ini, kami dari mereka dan keberadaan kami untuk mereka. Pengorbanan ini kami jadikan salah satu sarana agar mereka mau memahami dan menerami da'wah kami" (Hasan Al Bana)

Ikhlas, satu kata yg takkan pernah selesai dipelajari,
mudah dieja, namun jangan tanya seberapa berat pelaksaannya

karena Ikhlas, bukan hanya pada awalnya saja
tapi juga selama proses hingga sampai pada akhirnya,
ketika nafas terhenti
ketika Izrail menghampiri.

belajar, terus belajar,
bernafas untuk Allah, begerak untuk Allah, melangkah untuk Allah, menulis untuk Allah, bekerja untuk Allah

berupaya memaknai secara sejati : "Untuk Allah di atas segalanya"

Ya Allah, kereta ini adalah sarana bagi kami untuk berfastabiqul khairat dan menyeru kepada-Mu.
Ya Allah, kereta ini adalah sarana bagi kami untuk bergerak dalam barisan yang rapi dan solid dalam rangka mengajak orang lain menjadi penyeru di jalan-Mu.
Maka Ya Allah, jangan Engkau jadikan kereta ini membelokkan hati-hati kami dari selain-Mu.
Jadikan tiap gerak langkah kami bahkan ketika kami menstrategi, mengkonsep, dan menjalankannya, tetapkanlah kami selalu mengingati-Mu.
Tiada tujuan lain selain menegakkan dien-Mu. Kereta ini sangat kecil sekali. Ia hanya salah satu wajihah untuk menuju ke sebuah tujuan yang besar: Islam sebagai Ustadziatul Alaam

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berhimpun dalam mencintai-Mu,
telah bertemu dalam mentaati-Mu,
telah bersatu dalam menyeru-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu,
kokohkanlah ikatannya,
kekalkanlah cintanya,
tunjukilah jalan-jalannya,
Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tak pernah pudar,
lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu
dan keindahan bertawakkal kepada-Mu,
hidupkanlah hati kami dengan ma'rifat-Mu,
wafatkanlah kami dengan syahadah di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik pembela.
Ya Allah, amin.

Senin, 05 Maret 2012

Stereotype Gerakan

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh


"Tujuan diatas segala tujuan kita saat ini adalah membuat ummat bersatu"
-Hasan Al Banna-

Dengan mata kepala sendiri, hari ini kita menyaksikan makin banyak timbulnya gerakan-gerakan islam di dunia (harakah islamiyah). Baik itu yang ruang lingkup geraknya masih eksis hanya dalam satu negara atau ada juga yang sudah menyebar di beberapa negara di dunia. Tidak hanya negara yang mayoritas penduduknya islam, bahkan di negara yang islam merupakan minoritas. Bahkan di negara yang selama ini dicap memusuhi kaum islam. Bagaikan cendawan di musim hujan, eksistensi harakah-harakah tersebut di dunia makin bertambah marak tiap harinya. Seiring dengan kembali munculnya semangat di tiap muslimin untuk membangkitkan kembali islam. Sayang, tujuan mulia yang sama-sama dipahami masing-masing harakah tersebut, tidak membuat mereka akur dalam menjalani aktivitasnya. Seharusnya keberadaan harakah-harkah tersebut bisa kembali menyatukan umat islam dalam satu barisan,bukan lagi terpecah-pecah bagaikan buih di lautan. Apa yang kita saksikan hari ini adalah banyak harakah itu yang terjebak dalam tabanni pendapat harakahnya dan mulai menyalahkan harakah lain. Sehingga alih-alih membuka pintu persatuan, yang ada malah kejumudan pada pendapat kelompoknya sendiri. Hal ini diperparah dengan cara mereka dalam memandang islam hanya dari satu sisi saja atau orientasi mereka yang kuat pada masa lalu yang telah lewat. Sebenarnya jika kita mau menarik garis merahnya, banyak persamaan yang ada dalam harakah tersebut dimana mereka bisa bekerjasama di dalamnya. Sayangnya sebagian mereka terlalu disibukkan dengan mengungkit-ngungkit perbedaan kecil yang sifatnay furu dan khilafiyah daripada bekerja sama dalam persamaan yang lebih banyak. Sehingga terbesit dalam pikiran saya bahwa terkadang dibutuhkan suatu kesabaran yang lebih dalam berdialog dengan "tetangga-tetangga" saya aktivis harakah daripada dengan "tetangga-tetangga" yang aktivis partai sekuler. Aqidah seharusnya bisa menyatukan kita,tapi ghurur dan kesombongan sudah mulai ramai dimunculkan dan menghancurkan ukhuwah antar kita semua. Saya khawatir, jika sikap seperti itu terus dimunculkan oleh para aktivis harakah tersebut, maka persatuan islam tidak lebih dari sekedar utopia belaka.

Kamis, 01 Maret 2012

Agar Diri Menjadi Berkah (Kenapa harus menjadi mentor )

Assalmu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menjadi orang yang mendapatkan keberkahan, tentulah menjadi cita-cita setiap orang. Kita sering mendapatkan kata berkah disandinkan dengan sesuatu hal yang bersifat agung dan bermanfaat. Barakah secara bahasa berarti kebaikan yang banyak dan tetap. Sedangkan menurut syariat berarti kebaikan yang banyak diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada siapa yang dikehendaki. Lalu bagaimana menjadi manusi yang mubarak ? dan apa kaitannya dengan menjadi murabbi/mentor ? Berikut saya ambil kutipan surat dari Ibnu Qayyim kepada Ala Al-Din, saudaranya.


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللهُ اَلْمَسْؤُوْلُ اَلْمَرْجُوُّ اْلإِجَابَةِ أَنْ يُحْسِنَ إِلَى اْلأَخِ عَلاَءِ الدِّيْنِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَيَنْفَعَ بِهِ، وَيَجْعَلَهُ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كَانَ، فَإِنَّ بَرَكَةَ الرَّجُلِ : تَعْلِيْمُهُ لِلْخَيْرِ حَيْثُ حَلَّ، وَنُصْحُهُ لِكُلِّ مَنْ اِجْتَمَعَ بِهِ. قَالَ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنِ الْمَسِيْح أَيْ :
- مُعَلِّمًا لِلْخَيْرِ
- دَاعِيًا إِلَى اللهِ
- مُذَكِّرًا بِهِ
 مُرَغِّبًا فِيْ طَاعَتِهِفَهَذَا مِنْ بَرَكَةِ الرَّجُلِ، وَمَنْ خَلاَ مِنْ هَذَا، فَقَدْ خَلاَ مِنَ الْبَرَكَةِ، وَمُحِقَتْ بَرَكَةُ بَقَائِهِ وَالاِجْتِمَاعِ بِهِ، بَلْ تُمْحَقُ بَرَكَةُ مَنْ- لَقِيَهُ وَاجْتَمَعَ بِهِ، فَإِنَّهُ يُضَيِّعُ الْوَقْتَ فِي الْمَاجِرِيَّاتِ، وَيُفْسِدُ الْقَلْبَ، وَكُلُ آفَةٍ تَدْخُلُ عَلَى الْعَبْدِ فَسَبَبُهَا ضَيَاعُ الْوَقْتِ، وَفَسَادُ الْقَلْبِ، وَتَعُوْدُ بِضَيَاعِ حَظِّهِ مِنَ اللهِ وَنُقْصَانِ دَرَجَتِهِ وَمَنْزِلَتِهِ عِنْدَهُ، وَلِهَذَا وَصَّى بَعْضُ الشُيُوْخِ فَقَالَ : اِحْذَرُوْا مُخَالَطَةَ مَنْ تُضَيِّعُ مُخَالَطَتُهُ اَلْوَقْتَ، وَتُفْسِدُ الْقَلْبَ، فَإِنَّهُ مَتَى ضَاعَ الْوَقْتُ، وَفَسَدَ الْقَلْبُ اِنْفَرَطَتْ عَلَى الْعَبْدِ أُمُوْرُهُ كُلُّهَا، وَكَانَ مِمَّنْ قَالَ اللهُ فِيْهِوَمَنْ تَأَمَّلَ حَالَ هَذَا الْخَلْقَ وَجَدَهُمْ كُلَّهُمْ – إِلاَّ أَقَلَّ الْقَلِيْلِ – مِمَّنْ غَفَلَتْ قُلُوْبُهُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى وَاتَّبَعُوْا أَهْوَاءَهُمْ، وَصَارَتْ أُمُوْرُهُمْ وَمَصَالِحُهُمْ فُرُطًا، أَيْ فَرَطُوْا فِيْمَا يَنْفَعُهُمْ، بَلْ يَعُوْدُ بِضَرَرِهِمْ عَاجِلاً وَآجِلاً 

Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Allahlah Dzat tempat kita meminta Yang Diharap Keterkabulannya. Semoga Dia berbuat ihsan kepada al-akh ‘Ala’ al-Din di dunia dan akhirat, menjadikannya orang yang bermanfaat dan membawa keberkahan di mana pun ia berada. Sebab, keberkahan seseorang ada pada:
  • Pengajarannya terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada, dan
  • Nasehat yang ia berikan kepada semua orang yang ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya.
Saat menceritakan tentang nabi ‘Isa ’alaihi al-salam, Allah subhanahu wa ta’ala- berfirman:
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”. (Maryam: 31)
Nabi ‘Isa ‘alaihi al-salam menjadi manusia yang membawa berkah adalah karena ia:
  1. Menjadi guru kebajikan
  2. Juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allah subhanahu wa ta’ala
  3. Mengingatkan manusia tentang Allâh subhanahu wa ta’ala
  4. Mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Inilah bagian dari keberkahan seseorang, siapa saja yang tidak memiliki hal ini, maka, ia telah kosong dari keberkahan, keberkahan eksistensi dan ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya telah dihapus, bahkan, keberkahan orang-orang yang liqa’ (bertemu) dan ijtima’ (berkumpul, rapat) dengannya juga dihapuskan, sebab, ia hanyalah:
  1. Membuang-buang waktu dalam kehidupan, dan
  2. Merusak hati.
Dan semua afat (bencana, problem, musykilah) yang datang kepada seorang manusia, penyebabnya adalah waktu yang tersia-sia dan hati yang rusak, dan keduanya merupakan akibat dari:
  1. Tersia-sianya “posisi” dia di sisi Allâh subhanahu wa ta’ala-, dan
  2. Turunnya tingkatan dan kedudukan dia di sisi Allâh subhanahu wa ta’ala
Oleh karena inilah, sebagian masyayikh berpesan:
“Waspadalah, jangan mukhalathah (berkumpul, bergaul) dengan seseorang yang menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan menyebabkan hari rusak, sebab, jika waktu telah terbuang sia-sia, dan hati rusak, maka segala urusan manusia menjadi berantakan, dan ia termasuk dalam cakupan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (Al-Kahfi: 28).
Dan siapa saja yang mencermati keadaan manusia di bumi ini, ia akan mendapati bahwa mereka – kecuali sangat-sangat sedikit – termasuk dalam kategori:
  1. Orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala-
  2. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu
Akibatnya, segala urusan dan kemaslahatan mereka menjadi tercerai berai, tidak membawa manfaat kepada mereka, bahkan madharatnya malah menimpa mereka, baik urusan di dunia maupun akhirat.



Dari kutipan panjang di atas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita catat untuk kehidupan dakwah kita sekarang ini, antara lain:

Seseorang dapat menjadi sumber keberkahan, manakala memiliki sifat dan karakter sebagai berikut:
          1.  Menjadi guru untuk segala macam kebaikan
          2.  Memberi nasihat kepada semua orang yang ia temui dan yang berkumpul dengannya
          3.  Menjadi juru dakwah yang mengajak manusia untuk kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala
          4.  Menjadi pengingat manusia agar mereka tidak lalai
          5.  Memotivasi manusia untuk terus taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Wallahu'alam
*disadur dari taujih Musyafa Ahmad Rahim