Jumat, 18 November 2011

Memberikan Nasihat dan Kritik

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Memberikan Nasihat dan Ktitik tentunya sangat diperbolehkan dalam islam. Karena secara lahiriyah manusia diciptakan Allah dengan kondisi, dan kemapuan  yang berbeda. Sehingga potensi untuk seseorang berbuat salah cukup besar. Dan disinilah peran sesama muslim hadir untuk saling memberikan nasihat dalam kebaikan, maupun dalam kesabaran. Begitu juga dengan kritikan. Baik yang tujuannya membangun, maupun yang mejatuhkan. Namun tindakan - memberi nasihat dan kritik - yang bagus ini sebaiknya diiringi juga dengan niat, cara  dan tujuan yang bagus. Memberikan nasihat dan kritik, seharusnya didasari oleh niatan karena Allah,sebagai wujud cinta kita terhada Islam. Bukan sebagai wujud cinta kepada kelompok kita dan merendahkan kelompok yang lain. Karena itu memberikan nasihat dan kritikan hendakanya tidak ditujukan untuk pembuktian eksistensi diri, menyombongkan kemampuan ilmunya, apalagi merendahkan martabat maupun kelompok lain.


Memberikan kritik dan nasihat pun hendaknya dilakukan dengan cara yang baik, dengan adab yang mulia, tutur kata yang lemah lembut, dan yang paling penting adalah harus didasari dengan ilmu. Sekarang banyak  sekali fenomena orang yang baru belajar agama, namun sudah bersifat seperti seorang ulama dan ahli fatwa. Mereka mempunyai semangat yang tinggi dalam mendalami ilmu dari para ulama, namun tidak diikuti dengan semangat meneladani akhlaq dan perilaku para ulama. Banyak dari mereka yang memvonis dan menghakimi tanpa argumen, dan menjudge secara bias. Mereka baru berguru dari satu sumber ilmu, namun seakan sudah seperti ulama yang mengarungi belantara ilmu. Pendapat mereka mungkin didengar dan dibenarkan. Tapi hanya dari mereka yang sekelompok maupun yang semajelis dengannya.


Nasihat dan kritik yang bagus hendaknya tidak disertai dengan celaan dan keinginan untuk membuka aib manusia. Aplagi jika bertujuan untuk mengurangi pengaruh orang atau kelompok lain. Bukan nasihat namanya jika yang disinggung adalah ranah khilafiyah antar kelompok. Karena sudah pasti berbeda intrepretasi.Dan terkadang hal yang disiinggung itupun sifatnya bukan merupakan hal yang pokok. Sifatnya pun adalah strategi antar gerakan yang sudah pasti debatable. Bukan berarti kita menyepelekan hal yang besar, atau membesarkan masalah yang sepele. Terkadang kita harus benar-benar meyakini bahwa hal yang dikritik itu adalah sebuah "kesalahan", bukan sekedar dikira salah, atau bahkan masih wilayah perdebatan antar ulama dan fuqaha. al khuruj minal khilaf mustahabbun , keluar dari masalah yang khilaf itu lebih disukai. Wilayah khilafiyah bukanlah kemungkaran yang harus dirubah.

Ada tiga tipe orang yang saya tidak sukai dalam berdiskusi. Satu, adalah orang yang fanatik - baik itu fanatik terhadap golongan, maupun fanatik untuk tidak bergolongan. Karena biasanya orang fanatik sangat tidak mau menerima pemikiran dan rasionalisasi orang lain. Mereka sudah memblok pemikiran mereka. Dua, orang yang suka membanjiri diskusi dengan informasi yang tidak sesuai dengan materi diskusi yang sedang dibahas. Tiga, orang yang justru lebih menyerang subyek penyampai materi, bukan substansi atau obyek dari materi diskusi tersebut. Kedua alasan terakhir itu menandakan kelemahan ilmu seseorang.

Karena itu kuasai ilmu dulu, sebelum kita mau bertindak. jangan terjun kedalam suatu perdebatan atau diskusi yang kita tidak memiliki spesifikasi ilmu atasnya. Karena bisa jadi hanya akan menghasilkan kemudharatan, daripada menghasilkan manfaat. Dan seharusnya segala tindakan dengan niat yang baik, maka penyampainnya pun juga harus baik. Jangan samapai yang kita lakukan hanya memancing perpecahan karena etika yang buruk. 

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar