Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Setelah hampir satu
bulan,akhirnya saya selesai membaca buku ini. dan rasa penasaran saya
terbayarkan dengan memuaskan. Buku ini adalah manifesto tesis Burhanuddin Muhtadi, maka bahasa yang
digunakan pun bahasa akademisi, bukan bahasa jurnalis. Sehingga enak ketika
menikmatinya. Selain itu, berbeda dengan buku-buku sebelumnya tentang PKS yang pernah saya baca, buku ini
tidak hanya mengulas tentang latar belakang dan perilaku politik PKS secara
umum sebagai partai politik, tapi juga mengulas basis pergerakan social (social
movement) dari partai ini yang juga merupakan tulang punggung eksistensi partai ini.
Burhanuddin banyak mengulas tentang basis social partai ini yang berakar dari
sebuah gerakan bernama tarbiyah yang berhasil menyokong partai ini. Dan inilah
yang membuat pergerakan PKS berbeda denga partai lainnya. PKS seolah bermain di
dua dunia. Dunia politik sebagai konsekuensi keberadaanya sebagai parpol,serta
dunia social melalui gerakan yang bernama tarbiyah dengan cara melakukan
perbaikan di lingkungan masyarakat, dan juga dalam rangka menjaring konstituen
partai ini.
Hal lain yang diangkat
Burhanuddin adalah titik dimana PKS mengalami “dilema” ketika partai ini
bermanuver dalam Mukernas di Jakarta dengan mendeklarasikan dirinya sebagai
partai terbuka. Walaupun para petinggi PKS mengatakan bahwa milestone sebagai
partai terbuka sebenarnya sudah ditulis dalam platform kebijakan partai ini
jauh sebelum di launching dalam mukernas itu,tapi tidak bisa dipungkiri bahwa
keputusan ini menimbulkan ekses kedalam bagi kader PKS. Paradigma jika
inklusifisme partai ini merupakan indikasi bahwa tujuan PKS saat ini sudah
tidak sesuai lagi dengan tujuan semula partai ini didirikan, mulai berhembus
kedalam konstituen partai ini yang terkenal dengan loyalitasnya. PKS selama ini
memang terkenal dengan loyalitas kadernya. Jika ada keputusan apapun dari
pimpinan,maka semua kader akan siap menjalankannya dengan penuh
loyalitas,apapun instruksinya. Saya jadi teringat apa yang ditulis oleh Tan
Malaka dalam bukunya Aksi Massa bahwa “keputusan
yang setengah betul tetapi dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan
anggota lebih baik daripada keputusan yang bagus sekali tetapi dikhianati oleh
setengah anggota”. Dan sepertinya prinsip itu dipegang teguh oleh kader PKS.
Menurut analisis Burhanuddin, alasan kenapa PKS mendeklarasikan dirinya sebagai
partai terbuka adalah dalam rangka memperluas jangkauan ceruk pasar konstituennya. PKS sudah tidak lagi mengandalkan
segment masyarkat islam terdidik yang biasanya menjadi ceruk pasar partai
politik islam,namun PKS mulai menjangkau masyarakat umum. Burhanuddin
menganggap ini sebagai bentuk ketidak percayaan diri PKS terhadap elaktibilitas
yang bisa ditunjang dengan hanya mengadalkan konstituen yang selama ini sudah
ada saja. Dan meurut Burhanuddin,keputusan inilah yang akhirnya menimbulkan pro
kontra di kalangan konstituen lainya yang selama ini sudah loyal,dan mulai
menimbulkan ketidak percayaan. Dan menurtul analisisa singkatnya sepertinya
keputusan deklarasi sebagai partai terbuka dalam rangka menjangkau konstituen
yang lebih luas, memang belum efektif. Terbukti dari hasil pemilu 2009,dimana
peningkatan suara PKS secara prosentase tidak terlalu signifikan jika dibandingkan
dengan peningkatan yang diraih ketika pemilu 2004. Namun setidaknya,torehan PKS
dalam pemilu 2009 ini lebih baik dari pada partai-partai besar lain yang lebih
dulu ada, yang mengalami kerontokan suara pemilih akibat muculnya partai
fenomenal lainnya yaitu Partai Demokrat.
Politik memang bukan
matematika,tapi politik butuh matematika. Dengan artian politik butuh kalkulasi
yang akurat ketika mengeluarkan suatu kebijakan atau tindakan dalam rangka
merekrut konstituen. Salah perhitungan terkadang bisa menimbulkan terjadinya
diferensial terhadap elektabilitas suatu parpol. Bukan berarti mengatakan bahwa
keputusan PKS kali ini kurang tepat,namun bisa jadi hanya belum didapatkan
hasil pastinya saja. Karena ruang gerak dalam dunia politik bukanlah suatu dimensi
kosong yang bisa kita prediksikan elektabilitas akhir suatu partai hanya dengan mengkalkulasi dan menganalisis kebijakan partai tersebut diawal. Banya factor
perubah dalam dimensi politik ini. dan segalanya bisa mungkin terjadi seiring
waktu berjalan dan lepas dari prediksi. Dan menakar perilaku masyarakat tidak
bisa dilakukan hanya dengan teori. Teori hanya memprediksi,selebihnya realita
lah yang menunjukkan. Terkait apakah keputusan PKS ini menimbulkan dilemma
dikalangan konstituennya, itu kembali ke pemikiran masing-masing individunya.
Jika saya meminjam kata-kata Anis Matta,disinilah karakter seseorang akan
nampak,apakah ia matang secara tarbiyah atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar