Minggu, 10 Juni 2012

Tarbiyah ini untuk siapa ?

Asslamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Tarbiyah. Awalanya kata ini merupakan kata yang asing di telinga. Saya baru mengenal kata tarbiyah (dan juga sistem tarbiyah itu sendiri) ketika saya pertama kali kuliah di kampus STT Telkom Bandung. Dulu waktu SMA,saya bisa dikatakan termasuk anak begajulan. Ya walaupun tidak pernah sampai berkelahi dan tawuran,tapi dulu aktivitas saya sangat jauh dari aktivitas keagamaan. Barulah ketika saya menjejakkan kaki di kampus ini, dan dipertemukan dengan aktivitas mentoring agama (embrio awal tarbiyah),disinilah saya mulai bersinggungan dengan tarbiyah itu sendiri.

Awalnya saya tidak terlalu merasakan keuntungan dari tarbiyah tersebut. Pada waktu awal saya bahkan merasa,justru tarbiyah lah yang membutuhkan saya,dan orang-orang seperti saya. oleh karena itu tidak heran jika  para mentor (pengelola satu kelompok mentoring) sangat rajin untuk menekankan akan datang dalam tarbiyah, tanpa suatu alasan yang bisa saya terima secara logis waktu itu. Namun seiring waktu berjalan,perasaan dalam diri saya mulai berubah. Ada hal lain yang mebuat hati saya selalu tergerak untuk datang dalam aktivitas mentoring waktu itu. Ada hal yang berbeda ketika saya sempat terputus dari tarbiyah. Saya tidak merasakan lagi adanya siraman ketenangan yang walaupun hanya sepekan sekali namun itu sangat menentramkan. Saya tidak merakasan lagi ada orang yang selalu menanyakan kabar saya,tidak hanya kabar kesehatan jasmani,namun juga kabar kesehatan iman. Saya tidak merasakan lagi adanya sebuah visi besar yang rupanya selama ini selalu didengungkan oleh sang mentor,namun hati saya masih bias dalam menangkapnya sehingga saya tidak bisa mencernanya. Dan akhirnya saya menyadari bahwa pada dasaranya bukan tarbiyah yang membutuhkan kita,namun kitalah yang membutuhkan tarbiyah.

Disinilah kami bertemu,dengan wajah-wajah teduh yang memancarkan keimanan. Disinilah kami belajar,mengenal lebih dalam menyelami keindahan agama yang sempurna dan lengkap aturannya. Disini kami bersaudara,menyadari bahwa iman menyatukan kami,walaupun berbeda rupa,suku dan asal keluarga. Disini kami berubah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik,dari kegelapan menuju cahaya. Disini kami merajut cita dan menjadi generasi islam,  menjadi representasi islam yang menebarkan kebaikan dan rahmat bagi alam semesta.

Sudah lebih dari empat tahu saya merasakan tarbiyah,dan saya mulai merasakan dampak yang signifikan pada saya. Saya kini tidak lagi hanya berposisi dalam "menerima", tapi saya juga harus bisa "memberi". Karena surga itu terlalu luas untuk dinikmati sendiri. Minimal saya ingin orang lain merasakan apa yang saya rasakan sekarang. Tapi jalan tarbiyah tidak semulus sperti yang dibayakangkan. Lebarnya tak bertepi dan pangkalnya tak berujung. Salah satu ujian yang datang adalah ketika beredar stigma  pada peserta tarbiyah tentang siapa yang berada dibelakang tarbiyah. Stigma negatif yang mengatakan bahwa tarbiyah tidak lain hanya sekedar bertujuan merekrut konstituen,barisan pendukung terhadap kelompok tertentu. Dan stigma ini pun sempat menimpa saya. Jika kita ingin menanyakan tentang suatu sistem,maka tanyalah kepada orang yang di sistem tersebut. Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada murabbi saya, murabbi saya pun menjawab dengan jawaban yang sudah saya duga.


Dalam hal ini saya sepakat dengan apa kata beliau. Ya,saya tidak peduli dengan apapun nama dan organisasi yang melabeli,apakah itu IM,HT,Salafy,PKS atau apapun. Karena bagi saya yang terpenting yang harus kita cari tahu adalah kemana kita diajak,bukan oleh label apa kita diajak. Disini saya menginnginkan bagaimana ada sebuah pembaharuan dalam melakukan transformasi islam yang lebih kontekstual, dan rasional, serta konstitusional, sehingga umat islam tidak lagi di tuduh teroris atau liberal. Dan saya melihat cita-cita ini dalam tarbiyah. Saya melihat ada sebuah visi besar disana. Murabbi saya tidak pernah menekankan berlebihan tentang keharusan untuk menjadi konstituen dari partai terntentu. Karena bagi saya,jikalau murabbi saya pun berafiliasi terhadap salah satu partai,itu tidak lebih dari seperti selera pribadi. Tak ubahnya jika saya menyatakan diri sebagai pendukung dari klub sepakbola Manchester United,apakah berarti semua binaan saya juga harus menjadi pendukung MU. Tidak,ini tidak lebih dari sekedar selera pribadi seseorang yang tidak harus dipaksakan. Setiap orang pasti punya selera pada bidang tertentu,termasuk politik. Dan ini tidak harus dipaksakan. Kalau pun nanti kita memutuskan untuk tertarik,harapannya itu bukan sekedar paksaan atau figuritas seseorang. Tapi lebih dikarenakan ada kesamaan visi disana.

Dan terkahir.dalam tarbiyah ini yang saya rasakan adalah dakwah ilallah bukan ila hizbi. Tujuan kami disini adalah mengajak orang untuk menyeru kepada Allah,bukan kepada golongan semata. Wallahu'alam bi shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar