Seorang ikhwan dengan menggenakan jaket, berjalan dengan gagahnya
menuju ke kampus. Di belakang jaketnya ada tulisan arab, di lengan sebelah
kanannya ada emblem bendera Palestina dan di lengan kirinya ada emblem logo
sebuah harakah. Kenapa tidak sekalian di jidad nya ada tulisan “ane aktivis
haraki”- anonym
Kata-kata diatas adalah status facebook teman saya. Cukup
menyentil, tapi bukan bermaksud menyindir. Teman saya menjuluki fenomena
tersebut sebagai “muslim label”. Menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi sebuah
individu ketika dia bisa bergabung dan ikut dalam suatu komunitas, atau
organisasi tertentu. Karena dengan begitu, seolah kastanya akan naik satu
derajat dibandingkan dengan yang lainnya
(yang tidak bergabung). Apalagi jika komunitas tersebut memiliki bargaining
position yang tinggi di lingkungannya. Memang itu tidak dilarang. Cuma yang
menjadi masalah adalah ketika individu tersebut sudah “cukup” puas dengan hanya
ketergabungannya ke dalam komunitas tersebut, dan tidak mau berkontribusi atau
bersumbang sih. Di undang rapat tidak pernah datang, di beri kerjaan tidak
pernah beres. Dengan berbagai alasan dan pembenaran yang coba dimunculkan.
Mulai dari segudang amanah lain yang menumpuk, jenuh dan sebagainya.
Uztad saya pernah berkata,” Jenjang atau posisi seseorang dalam
suatu struktur tidak menentukan jenjang atau posisinya di surga. Karena yang
dinilai bukanlah labelnya,tapi amalannya”. Ya, amalan atau apa yang telah kita
kontribusikan itu yang lebih utama. Bergabungnya seseorang dalam organisasi ke-Islaman
sekalipun, bukanlah jaminan tiket emas baginya untuk langsung masuk ke surge
kelak. Organisasi atau lembaga, hanyalah sarana untuk memudahkan kita dalam
beramal dan meningkatkan kualitas amal kita. Dr. Fathi Yakan pernah berkata “Bergabungnya
seseorang dalam sauatu organisasi atau stuktur bukanlah suatu tujuan. Melainkan
memperolah ridha Allah itulah tujuan yang paling utama”. Tentunya orang yang
berada dalam organisasi atau lembaga itu,haruslah memiliki kualitas dan
kuantitas amal yang lebih daripada mereka yang tidak bergabung di dalamnya.
Karena disana mereka didukung oleh sebuah struktur yang terkonsep, yang dimana
didalamnya ada tujuan nyata dan besar sedang menunggu. Beserta di dalamnya ada
pembagian kerja yang jelas, ada tujuan amal yang jelas. Ada amal jama’ah
disana. Selain itu, lingkungan ini diisi oleh individu yang memiliki tujuan
yang sama, akan makin mengakselerasi kinerja kita. Saling membantu ketika
kesulitan. Saling berbagi ketika kekurangan. Dan saling menasehati ketika terjadi
ke-alpa-an. Sekali lagi, ada amal jama’ah disana. Dan ini yang meningkatkan
kualitas dari pada,beramal secara sendiri.
Harus
disadari, bisa jadi mungkin saudara kita yang berada diluar struktur memiliki
amalan yang lebih bagus dari kita. Karena seperti ditekankan diatas, struktur
atau organisasi hanyalah sarana. Jika kita tidak memanfaatkannya secara baik,
maka kita tidak lebih baik dari mereka yang berada di luar stuktur atau
kelompok. Amal. Kontribusi. Itulah yang menetukan produktif atau tidaknya kita.
Bisa jadi kita hanyalah individu penambah beban jama’ah, yang tidak mau
berkontribusi, tapi hanya mau cari eksistensi. Camkanlah pernyataan mursyid
‘aam ke dua ikhwan Hasan Al-Hudaibi ketika memecat lima orang anggota hai’ah
ta’sisiyyah (dewan pendiri) ,“Bisa jadi mereka lebih mulia dari kita di mata
Allah, namun mereka dikeluarkan semata-mata karena masalah organisasi”. Jadi,
meminjam jargon sebuah organisasi kampus saya, bergeraklah atau kau akan
tergantikan. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar