Assalamu’alaykum Warahmatullahi
Wabarakatuh
“Kita berlayar dalam lautan
yang bernama demokrasi, tapi di kapal kita tidak air yang bernama demokrasi” -
anonym
Pemilu
12 Juni 2011 di Turki kemarin kembali melahirkan sebuah sejarah fenomenal.
Partai Keadilan dan Pembangunan atau AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi),
memenangkan pemilu untuk ketiga kalinya berturut-turut dengan perolehan suara
yang cukup signifikan daripada perkiraan hasil survey, dan kembali mengantarkan
pemimpin partai tersebut Recep Tayyip Erdogan untuk menjadi Perdana Menteri
Turki. Ya,perolehan suara AKP mengalami kenaikan dari dua pemilu sebelumnya
yaitu 34,43% pada pemilu 2002, menjadi 46,47% pada pemilu 2007, lalu 49,85%
pada pemilu 2011. Didukung 21.441.303
suara, AKP berhasil mendapatkan 326 kursi parlemen. Dengan 59,3% kursi yang
dimiliki AKP ini, AKP bisa kembali membangun pemerintahan tanpa perlu koalisi.
Namun demikian, Erdogan tetap membuka kesempatan untuk berkoalisi dengan partai
lainnya.
Setidaknya
ada beberpa faktor yang menyebabkan kemenangan AKP. Yang pertama adalah kinerja
nyata yang berhasil diwujudkan AKP selama memimpin. Dibawah pimpinan Erdogan,
perekonomian Turki mengalami kebangkitan. Sejak memipin pada tahun 2002,
Erdogan langsung memulai reformasi ekonomi untuk mengeluarkan negara tersebut
dari krisis. Dalam aspek perekonomian, Turki kini menjadi
kekuatan yang diperhitungkan di sekelilingnya. Produk Domestik Bruto Turki mencapai
triliyunan dolar sehingga ia menjadi negara ke 16 dalam kekuatan ekonomi dunia.
Di tahun 2020, Turki berencana menjadi peringkat 10 dunia. Pertumbuhan ekonomi
rata-rata sebesar 9% pertahunnya menjadikkan Turki sebagai negara dengan
pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dalam forum Negara Maju G-20, setelah China.
Di Eropa sendiri, Turki adalah negara ke-7 dalam kekuatan ekonomi.
Ini menyebabkan ekspor Turki ke dunia Arab meningkat lima kali lipat pada tahun
2003 hingga sekarang (dari 5 milyar menjadi 27 milyar dolar). Nilai ekspornya
ke dunia Islam meningkat dari 11 dolar menjadi 60 milyar dolar. Jumlah hutang
turki ke bank dunia pun juga mengalami penurunan tiap tahunnya. Diprediksi pada
tahun 2015 Turki telah terlepas dari beban hutang tersebut.
Berangkat dari kekuatan ekonomi yang terus bertumbuh dan kekuatan
militer yang juga tampak meningkat dari beberapa latihan yang digelarnya, kini
Turki menjadi salah satu dari tiga pilar stabilitas dan kemajuan Timur Tengah.
Selain perbaikan ekonomi, perlahan tapi pasti, Erdogan dan
pemerintahannya pun mulai melakukan perbaikan kultural umat islam. Meskipun
tidak secara revolusioner, pelan-pelan praktik keislaman dalam ranah publik
telah berhasil. Mulai dari pendidikan Islam di sekolah, pemakaian jilbab, dan sebagainya.
Sekulersime yang ditanamkan selama beberapa dekade dan kekuatan militer sebagai
penjaga anti Islam mulai runtuh.
Pencapaian inilah yang setidaknya membuat masysarakat Turki untuk
tetap setia pada AKP. Memang dalam ranah politik praktis ini, masyarakat tidak
melihat seberapa hebat idealism kita, atau seberapa hebat kemampuan retorika
kita. Tapi masyarakat melihat apa yang bisa kita berikan bagi mereka secara
nyata. Dan inilah yang berhasil diwujudkan AKP.
Selain
itu Erdogan pun juga terkenal dengan keberaniannya, terutama dalam menghadapi
rezim penindas, Israel. Tentu kita masih ingat kejadian “one minute” Erdogan
dalam World Economic Forum di Davos pada tahun 2009. Pada saat itu dengan nada
marah Erdogan memprotes serangan Israel ke jalur Gaza, dan kemudian berdebat
dengan Presiden Israel Shimon Peres yang
diduduk disebelahnya, sebelum akhirnya Erdogan walk out dari forum tersebut.
Dan luar biasanya Erdogan disambut bak pahlawan oleh rakyatnya sendiri ketika
beliau pulang tiba di negaranya.
Erdogan
secara tegas mengecam serangan Israel terhadap kapal bantuan ke Gaza , Mavi
Marmara pada 2010 lalu. Bahkan ia mengutuk keras tindakan Israel tersebut dan
mengancam akan memutus hubungan diplomatic dangan Israel jika mereka tidak
segera meminta maaf atas kejadian itu. Erdogan pun langsung membatalkan rencana
latihan militer yang sebelumnya akan dilakukan dengan Israel, sebagai bentuk
protes atas tindakannya.
Faktor ketiga adalah isu kampanye dan komunikasi public yang bagus.
AKP sepertinya paham sekali apa yang marketable dari sejumlah keberhasilan dan
pelayanan yang telah diberikannya kepada rakyat selama ini. Meskipun AKP
memiliki agenda dakwah yang tampak nyata
dengan upaya melegalisasi jilbab, desekuralisasi, dan sebagainya, AKP tahu itu
bukan isu yang tepat untuk diekspose menjelang pemilu. Mengingat juga,
cengkeraman sekularisasi di Turki telah mengakar hampir satu abad lamanya.
Dua hal utama yang kemudian diangkat menjadi isu utama kampanye pemilu 2011 ini adalah ekonomi dan demokrasi. Dan pada kedua poin ini AKP telah menanam saham cukup besar. Seperti ditulis sebelumnya, AKP telah membuktikan bahwa mereka mampu meningkatkan ekonomi Turki hingga mengalami kemajuan yang signifikan. Sementara pada aspek demokrasi, AKP membuka kran kebebasan bagi masyarakat Turki untuk menyuarakan aspirasinya, sekaligus mengaktualisasikan dirinya. Tentu saja demokratisasi ini menjadi angin segar bagi umat Islam yang selama empat dekade terbatasi dalam menjalankan aktifitas keislamannya. Demokratisasi diterima oleh mayoritas publik; dakwah Islam bisa berkembang, aspirasi masyarakat juga terakomodir. “Ekonomide, Demokraside,” demikian bunyi baliho dan spanduk AKP yang tersebar selama masa kampanye, sejalan dengan keunggulan yang dimiliki AKP.
Dua hal utama yang kemudian diangkat menjadi isu utama kampanye pemilu 2011 ini adalah ekonomi dan demokrasi. Dan pada kedua poin ini AKP telah menanam saham cukup besar. Seperti ditulis sebelumnya, AKP telah membuktikan bahwa mereka mampu meningkatkan ekonomi Turki hingga mengalami kemajuan yang signifikan. Sementara pada aspek demokrasi, AKP membuka kran kebebasan bagi masyarakat Turki untuk menyuarakan aspirasinya, sekaligus mengaktualisasikan dirinya. Tentu saja demokratisasi ini menjadi angin segar bagi umat Islam yang selama empat dekade terbatasi dalam menjalankan aktifitas keislamannya. Demokratisasi diterima oleh mayoritas publik; dakwah Islam bisa berkembang, aspirasi masyarakat juga terakomodir. “Ekonomide, Demokraside,” demikian bunyi baliho dan spanduk AKP yang tersebar selama masa kampanye, sejalan dengan keunggulan yang dimiliki AKP.
Itulah
beberapa keberhasilan yang telah ditorehkan oleh sebuah partai berideologi
islam dengan proses menikmati demokrasi . Walaupun AKP sendiri mengatakan
mereka sebagai partai terbuka, namun
dengan berbagai agenda dakwah yang dibawa, AKP tidak dapat menutupi ideology sejatinya
sebagai partai islam. Memang tidak bisa
dipungkiri, bahwa demokrasi memiliki beberapa perbedaan dengan Islam. Di
samping, ia juga memiliki nilai-nilai positif yang sejalan dengan Islam. Konsep
kedaulatan rakyat, misalnya. Pada dasarnya ia bertentangan dengan Islam. Islam telah memiliki konsep yang jelas bahwa kehidupan harus
diatur agar sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Sementara dengan kedaulatan
rakyat, rakyat bebas menentukan aturan apa yang dipakai, hukum mana yang hendak
diadopsi. Rusaknya rakyat, yang diwakili oleh rusaknya legislatif dan
eksekutif, akan menghasilkan hukum yang rusak. Rusaknya yudikatif, akan semakin
merusak pelaksanaan hukum yang sudah rusak. Namun di sini juga ada peluang
besar. Dibandingkan dengan alternatif lain yang mungkin dan telah terjadi dalam
sejarah negeri ini, demokrasi menjadi pilihan lebih baik. Daripada rezim
otoriter yang memaksakan segala kehendaknya seperi orde baru, misalnya. Sangat
sedikit kesempatan untuk melakukan perbaikan pada masa itu. Sebagaimana Yusuf
Qaradhawi pernah mengatakan, jangan memandang demokrasi dari konsep hakimiyah
(kekuasaanya) saja, tapi dengan demokrasi maka hak-hak kebebasan rakyat akan
terjamin dan kita terhindar dari penindasan dan diktatoran sebuah otoritas.
Demokrasi memungkinkan perubahan dan perbaikan bersamaan dengan
kebaikan rakyat yang meningkat. Di sini ada tantangan besar gerakan Islam untuk
mengarahkan pilihan rakyat (umat) agar diberikan secara benar, lalu gerakan
Islam menjalankan amanah itu dengan profesional. Jadi perbaikan yang dilakukan
bisa dari dua arah sekaligus. Perbaikan secara kultural atau dari bawah melalui
dakwah dan tarbiyah, sekaligus perbaikan secara struktural melalui parlemen dan
pemerintahan. Wallahu’alam.
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar